“Pernah gak sadar, semakin sering kita nonton dan debat soal kontroversi, semakin kaya kreator seperti Cahyadi? Tapi, di mana posisi kita? Hanya jadi bahan bakar untuk drama yang gak ada manfaatnya.”
1. Kontroversi = Bisnis yang Terencana
Kreator seperti Cahyadi tidak asal membuat konten kontroversial. Mereka tahu persis bahwa:
• Kontroversi Menjual: Topik sensitif seperti agama, politik, atau skandal memicu emosi audiens. Emosi ini menghasilkan engagement (komentar, like, share) yang diincar algoritma media sosial.
• Polarisasi = Loyalitas: Membelah audiens menjadi dua kubu, pro dan kontra, menciptakan pengikut setia yang terus kembali untuk mengikuti drama.
• Monetisasi Tanpa Batas: Semakin viral sebuah konten, semakin besar pendapatan dari iklan, sponsor, hingga kolaborasi.
2. Cahyadi dan Kasus “Makan Bergizi Gratis”
Contohnya, saat Cahyadi berkomentar sinis tentang program Makan Bergizi Gratis. Alih-alih fokus pada manfaat program ini untuk anak-anak yang membutuhkan gizi lebih baik, perdebatan justru meledak karena komentarnya yang kontroversial.
Apa hasilnya? Kolom komentar penuh dengan argumen, videonya viral, dan nama Cahyadi jadi bahan pembicaraan. Tapi, siapa yang paling diuntungkan? Cahyadi dan kontennya. Sementara kita? Hanya jadi bahan bakar drama yang mempertebal dompetnya.
3. Kenapa Kita Mudah Terjebak Konten Kontroversial?
• Rasa Ingin Tahu: Konflik atau isu sensitif secara alami menarik perhatian kita.
• Validasi Diri: Ketika setuju dengan pandangan kreator, kita merasa “terwakili.” Ketika tidak setuju, kita merasa perlu menyuarakan perlawanan.
• Hiburan Instan: Meski tahu kontennya kurang bermanfaat, sering kali kita menikmatinya sebagai hiburan yang ringan.
4. Dampak Sosial: Ketika Kontroversi Jadi Racun
Konten kontroversial tidak hanya menguntungkan kreator, tetapi juga membawa dampak buruk pada kita:
• Polarisasi Masyarakat: Perdebatan di kolom komentar sering memecah belah audiens, bahkan berimbas pada hubungan di dunia nyata.
• Normalisasi Isu Sensitif: Isu serius sering kali dianggap remeh atau hanya menjadi bahan hiburan.
• Eksploitasi Emosi: Kreator sengaja memanfaatkan kemarahan, kebingungan, atau kebahagiaan audiens demi keuntungan finansial.
5. Sikap Bijak Kita: Jangan Jadi Bahan Bakar Gratisan
Sebagai penonton, kita sebenarnya punya kekuatan untuk menghentikan siklus kontroversi ini:
• Konsumsi Konten yang Bermutu: Pilih konten yang membangun, bukan hanya yang memancing emosi.
• Hindari Terbawa Arus: Setiap klik, komentar, atau share pada konten kontroversial berarti mendukung kreator secara finansial. Jangan berikan perhatian gratis untuk hal yang tidak bermanfaat.
• Fokus pada Hal Positif: Gunakan waktu dan energi untuk hal-hal yang benar-benar mendukung pengembangan diri, seperti belajar skill baru, membaca, atau mendukung program yang berdampak nyata.
Dengan memahami pola ini, kita bisa memilih untuk jadi audiens yang lebih cerdas. Konten kontroversial seperti buatan Cahyadi memang bisa memancing rasa penasaran, tapi hidup kita terlalu berharga untuk dihabiskan hanya sebagai penonton drama. Waktunya alihkan perhatian kita ke hal-hal yang benar-benar bermanfaat untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.