Di kantor, atasan itu kayak titik koordinat di Google Maps. Tiap hari, kita mengarah ke sana—buat diskusi, buat curhat kerjaan, buat dengerin jokes yang kadang garing tapi tetap ditertawakan biar nggak canggung. Lalu tiba-tiba, titik itu pindah. Masih di peta yang sama, tapi bukan lagi tujuan utama.

Rotasi jabatan, mutasi, promosi—apapun namanya, intinya ada yang berubah. Ruangannya masih ada, mejanya masih di sana, tapi rasanya kosong. Obrolan yang dulu ngalir sekarang terasa lebih canggung. Bukan karena ada masalah, tapi karena ritmenya sudah beda.
Banyak yang bilang, “Tim solid itu karena orang-orangnya, bukan karena pemimpinnya.” Tapi kalau benar begitu, kenapa rasanya aneh ketika mereka pergi? Kenapa Slack yang dulu isinya diskusi strategi, sekarang lebih banyak meme absurd yang dikirim jam 2 pagi?
Ketika Pemimpin Pergi, yang Hilang Bukan Cuma Orangnya
Pemimpin itu bukan sekadar orang yang ngasih arahan. Mereka adalah alasan kenapa kita tetap semangat kerja di hari Senin. Mereka yang ngerti kalau kita lagi burnout, yang jadi tameng waktu ada kebijakan dari atas yang nggak masuk akal.
Jadi, pas mereka pergi, wajar kalau ada yang terasa kosong. Wajar kalau kita butuh waktu buat menyesuaikan diri.
Di sisi lain, kalau tim langsung goyah tanpa mereka, berarti ada yang salah. Tim yang kuat seharusnya bisa bertahan—bukan karena siapa yang memimpin, tapi karena mereka bisa saling menopang.
Meme di Slack: Bentuk Pelarian atau Justru Bukti Ketahanan?
Saat pemimpin berganti, komunikasi dalam tim ikut berubah. Bisa lebih formal, lebih berhati-hati, atau malah jadi lebih santai—tergantung siapa yang datang menggantikan. Tapi kenapa tiba-tiba Slack isinya lebih banyak meme daripada diskusi kerjaan?
Mungkin karena kita lagi nyari pelarian. Lagi adaptasi. Lagi nunggu seseorang yang bisa bawa ritme lama kembali. Tapi bisa juga ini tanda kalau tim masih bisa ketawa, masih bisa jalan, meskipun dengan langkah yang sedikit tertatih.
Humor bukan tanda kelemahan. Justru, kalau tim masih bisa bercanda di tengah transisi, itu bukti kalau mereka punya daya lentur. Mereka nggak tumbang. Mereka bertahan.
Bukan Cuma “Move On,” Tapi Juga Menerima Perubahan
Pergantian atasan bukan cuma soal “yaudah, kerja aja terus.” Ini tentang kehilangan ritme yang dulu terasa familiar. Ini tentang adaptasi dengan pemimpin baru yang mungkin belum kita pahami.
Jadi, bukan soal seberapa cepat kita bisa “move on,” tapi seberapa baik kita bisa beradaptasi. Karena yang datang dan pergi itu biasa. Yang luar biasa adalah yang tetap bertahan, tetap berjalan, dan tetap saling menguatkan.
Tarik napas. Bikin kopi. Jalani hari. 🚀